Friday, December 4, 2015

Kretek dan Hal-Hal Random Lainnya


"Kudus Kota Kretek"

Tulisan itu berdiri tegak menantang saat kita mulai memasuki kota Kudus. Kota ini memang kota penghasil kretek terbesar di Indonesia dan di kota ini pula terdapat banyak pabrik kretek. Termasuk pabrik kretek milik orang terkaya di Indonesia. Kota ini sendiri terletak di Jawa tengah dan berbatasan langsung dengan Pati, Demak serta Jepara.

Ngomong-ngomong soal Kudus kota kretek, disini terdapat Museum Kretek. Banyak hal (yang menurut saya) agak random yang saya temui di dalam museum ini. Letak museum ini di Jl. Getas Pejaten, dengan lahan yang sangat luas. Sebelum masuk ke dalam museum, pengunjung diwajibkan untuk membayar retribusi sebesar dua ribu rupiah.


Laban parker di museum ini cukup luas dan begitu memasuki area museum, kita akan disambut oleh patung yang terlihat seperti keluarga petani tembakau dengan tulisan "Museum Kretek Kudus" di bagian tengah. Di sebelah kanan gerbang, kita akan menemui playground dan rumah adat Kudus. Gedung museumnya sendiri terletak di bagian tengah. Gedung tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan luasnya lahan museum.

Begitu masuk, kita akan disambut dengan kaca display tempat penjualan souvenir. Kaca display ini langsung menjadi pusat perhatian saya ketika pertama kali masuk ke dalam museum. Mungkin saya agak salah foheus, bukanya menikmati museum tetapi malah sibuk ngeliatin display. Ini namanya Museum Kretek Kudus, tetapi salah satu souvenir yang dijual adalah gantungan kunci Menara Eiffel seharaga empat ribu rupiah. Oke... ini cukup random sih. Selain itu terdapat cincin batu (bukan batu akik) warna - warni, yang lagi-lagi saya kurang tahu apa hubungannya dengan Museum Kretek.

Setelah itu, pikiran saya masih dipenuhi dengan souvenir yang kurang ada hubungannya dengan museum. Ahirnya saya berjalan keliling museum dengan tetap memikirkan gantungan kunci Menara Eiffel. Diawali dari ruang kerja Bapak Nitisemito, di ruangan kecil itu terdapat meja bundar dan kursi serta patung Bapak Nitisemito yang sedang melongok di Jendela. Si bapak ini adalah raja kretek dan bisa dikatakan Bapak Nitisemito adalah penemu kretek.


Seperti di Museum Sampoerna, di sini juga terdapat warung-warungan dengan patung bapak penjualnya. Selain itu terdapat diorama tentang pembuatan kretek, jenis-jenis tembakau serta jenis-jenis kertas untuk melinting kretek. Selain itu terdapat diorama mengenai suasana pabrik dan barang-barang promosi penjualan kretek dari masa ke masa. Kita pun juga dapat melihat display merk-merk kretek dari masa ke masa. Bahkan, pada jamannya, tea set pernah menjadi hadiah jika kita membeli kretek.

Di antara satu diorama dan diorama lainnya, terdapat sebuah pintu kaca yang mengakses ke bagian belakang museum. Di belakang terdapat tiga kolam renang dengan ukuran yang cukup besar. Satu kolam renang dengan prosotan spiral besar di kelilingi oleh kolam arus (entahlah ini benar atau tidak, tapi penampakkanya seperti itu) persis seperti yang ada di Pondok Indah Mal jaman dulu sebelum di renovasi. Di sisi lain, terdapat satu kolam renang lagi dengan ukuran yang cukup besar bernama " Wahana Permainan Ember Tumpah". Di sisi kolam terdapat dua tiang beton yang diatasnya terdapat ember berisi air yang siap ditumpahkan ke kolam. That's why wahana ini dinamakan demikian. Tetapi jika ingin menikmati wahana ini, pengunjung diwajibkan membayar lima ribu rupiah.

Di dekat arena Ember Tumpah tersebut, terdapat halaman yang cukup luas berisikan permainan anak-anak. Ada ayunan, prosotan dan juga jaring-jaring. Di halaman ini juga terdapat sebuah pos yang cukup tinggi dengan kabel memanjang ke halaman depan yang ternyata dulunya adalah wahana Flying Fox.


Di area kiri museum, di dekat playground tadi terdapat sebuah bangunan yang kelihatannya sudah tidak terpakai lagi. Bangunan itu adalah Bioskop Museum Kretek. Dengan adanya bangunan ini, menambah ke-"random"-an yang saya temukan di dalam museum ini. Loket museum ini sudah tertutup dan agak sedikit berdebu. Dilihat dari kaca tempat penjualan tiket, tertumpuk barang-barang yang sudah tak terpakai. Di kanan kiri loket, terdapat akses masuk menuju kedalam bioskop. Selain itu, di depan loket, masih terpampang banner film apa yang sedang diputar (mungkin yang terakhir) di bioskop itu. Disitu tertulis tahun 2012 dengan banner film Avatar. Tidak jauh dari gedung bioskop, di sebelah kirinya terdapat bangunan seperti rumah tingkat yang cukup besar tetapi terlihat sudah tidak dipergunakan lagi. Di bagian depannya terdapat arena mandi bola bagi anak-anak dengan ukuran kecil tetapi terlihat sudah tidak pernah dipergunakan lagi.

Well, kalau sedang kehabisan ide liburan mau kemana, explore Jawa Tengah bisa jadi salah satu alternatif liburan. Selain Kudus, masih banyak tempat yang dapat dikunjungi dengan tujuan wisata yang menarik seperti Demak, Jepara, dan Rembang.